Beberapa hari lalu, perang cyber antara hacker Indonesia dan Bangladesh berkecamuk. Kini perang telah usai.
Awalnya komunitas hacker Bangladesh, BD Grey Hat Hacker, mengatakan bahwa mereka sebenarnya tidak ingin memulai perang apabila dari pihak hacker Indonesia tidak memulainya terlebih dahulu.
Namun, hal tersebut dibantah oleh pihak hacker Indonesia dan mengatakan hal sebaliknya. Dengan tidak ada titik temunya perdamaian itu, maka kedua belah pihak mulai saling melancarkan serangan.
Banyak korban (website-website) dari kedua negara yang tumbang. Memang belum diketahui siapa yang salah dan siapa yang benar atau siapa yang menyerang dahulu, akan tetapi pada Rabu (31/07) malam, peperangan sedikit mereda setelah permintaan BDGH dikabulkan oleh beberapa hacker Indonesia.
Pada saat perang cyber berlangsung, pihak BDGH mengatakan agar beberapa hacker dari Indonesia yang diketahui pernah menyerang situs-situs Bangladesh harap membuat pernyataan permintaan maaf di group Facebook komunitas hacker tersebut.
Setelah salah satu dari beberapa hacker Indonesia menyatakan permintaan maaf, akhirnya perang berakhir. Bahkan sala seorang admin di komunitas dan group Facebook BDGH mengatakan bahwa bagi siapa saja yang melontarkan komentar buruk terhadap Indonesia akan segera mendapatkan sanksi karena (hacker) Bangladesh dan Indonesia sudah seperti saudara sekarang.
Memang dari peperangan tersebut tidak ada pihak yang diuntungkan karena semuanya rugi. Namun, dari situlah muncul satu kebersamaan akan semangat membela tanah air baik bagi para hacker Bangladesh atau dari Indonesia dari sisi cyber.
Ancaman terhadap suatu negara tidak selalu harus berupa dan berbentuk fisik saja, namun juga dapat dalam format cyber. Oleh karenanya, apabila bukan para pakar IT yang termasuk para peretas di dalamnya, siapa lagi yang akan menjaga keamanan internet Indonesia?
Sumber
Awalnya komunitas hacker Bangladesh, BD Grey Hat Hacker, mengatakan bahwa mereka sebenarnya tidak ingin memulai perang apabila dari pihak hacker Indonesia tidak memulainya terlebih dahulu.
Namun, hal tersebut dibantah oleh pihak hacker Indonesia dan mengatakan hal sebaliknya. Dengan tidak ada titik temunya perdamaian itu, maka kedua belah pihak mulai saling melancarkan serangan.
Banyak korban (website-website) dari kedua negara yang tumbang. Memang belum diketahui siapa yang salah dan siapa yang benar atau siapa yang menyerang dahulu, akan tetapi pada Rabu (31/07) malam, peperangan sedikit mereda setelah permintaan BDGH dikabulkan oleh beberapa hacker Indonesia.
Pada saat perang cyber berlangsung, pihak BDGH mengatakan agar beberapa hacker dari Indonesia yang diketahui pernah menyerang situs-situs Bangladesh harap membuat pernyataan permintaan maaf di group Facebook komunitas hacker tersebut.
Setelah salah satu dari beberapa hacker Indonesia menyatakan permintaan maaf, akhirnya perang berakhir. Bahkan sala seorang admin di komunitas dan group Facebook BDGH mengatakan bahwa bagi siapa saja yang melontarkan komentar buruk terhadap Indonesia akan segera mendapatkan sanksi karena (hacker) Bangladesh dan Indonesia sudah seperti saudara sekarang.
Memang dari peperangan tersebut tidak ada pihak yang diuntungkan karena semuanya rugi. Namun, dari situlah muncul satu kebersamaan akan semangat membela tanah air baik bagi para hacker Bangladesh atau dari Indonesia dari sisi cyber.
Ancaman terhadap suatu negara tidak selalu harus berupa dan berbentuk fisik saja, namun juga dapat dalam format cyber. Oleh karenanya, apabila bukan para pakar IT yang termasuk para peretas di dalamnya, siapa lagi yang akan menjaga keamanan internet Indonesia?
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar